Usaha meningkatkan produksi pertanian, baik
kuantitatif maupun kualitatif, telah didukung dengan penggunaan pestisida.
Walaupun konsep pest management atau integrated pest control‖ dilakukan, yaitu
pestisida hendaknya digunakan sesedikit mungkin dan apabila diperlukan saja,
namun pada umumnya usaha proteksi tanaman seringkali dilakukan dengan
semata-mata mempertimbangkan bahwa hama dan penyakit tanaman harus dapat
diberantas dengan mudah dan cepat, sekalipun keadaan ini hanya dicapai untuk
sementara. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit tanaman hampir
senantiasa diartikan penggunaan pestisida, sehingga bermacam-macam pestisida
banyak digunakan yang juga menimbulkan berbagai dampak negatif (Sastroutomo,
1992).
Penggunaan pestisida untuk memberantas hama ternyata
menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain terjadinya pencemaran
lingkungan perairan. Permasalahan tersebut berkaitan erat dengan sifat
pestisida yang beracun dan dapat mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota,
termasuk biota bukan sasaran (non target). Selain itu pada umumnya pestisida
memiliki daya tahan yang relative lama untuk didegradasi di lingkungan,
sehingga dapat mempengaruhi ekosistim dalam jangka panjang (Yudha, 1999).
Pestisida yang digunakan pada lahan pertanian sawah,
sebagian atau bahkan seluruhnya akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga
mencemari perairan. Hasil penelitian Ekaputri (2001) membuktikan bahwa perairan
Sungai Ciliwung – Jawa Barat yang mengalir melewati daerah Bogor, Depok dan
Jakarta mengandung residu insektisida endosulfan dengan konsentrasi berkisar
antara 0,7 – 4,0 μg/L. Sedangkan Taufik et al. (2003) melaporkan bahwa perairan
tambak serta saluran irigasi di Kabupaten Brebes – Jawa Tengah telah tercemar
oleh insektisida endosulfan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan
dengan
konsentrasi
secara berturut-turut sebesar 2,7 dan 3,2 μg/L.
Kegiatan pertanian telah terbukti dapat menyebabkan
pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran air. Pencemaran tersebut terkait
dengan pemakaian pestisida. Beberapa faktor dari kegiatan pertanian yang dapat
menyebabkan pencemaran adalah perilaku penggunaan pestisida, dan jarak area
pertanian dengan perairan.
1
Pengaruh Frekuensi dan Dosis Penggunaan Pestisida
Berdasarkan hasil penelitian Sri Wahyuni (2010) “Perilaku
Petani Bawang Merah Dalam Penggunaan dan Penanganan Pestisida Serta Dampaknya
Terhadap Lingkungan’ menyebutkan bahwa penyemprotan pestisida yang dilakukan
oleh petani bawang tergantung pada banyaknya hama atau penyakit yang sedang
menyerang, karena keberadaannya sekarang ini sudah tidak dapat diprediksi lagi
kapan dan berapa banyak jumlahnya. Sebagian besar petani juga menganggap bahwa
penggunaan pestisida itu lebih efektif, lebih praktis, dan mendatangkan
keuntungan ekonomi. Kondisi ini mengakibatkan petani melakukan self innovation dalam memperoleh
formulasi pestisida yang tepat untuk membasmi hama dan penyakit pada tanaman.
Selain itu, menurut penelitian tersebut petani
bawang melakukan penyemprotan pestisida dengan frekuensi lebih dari 2 kali
dalam seminggu bahkan setiap hari karena takut terjadi kerusakan yang bisa
menyebabkan kerugian. Padahal penyemprotan pestisida seharusnya dihentikan
paling tidak satu minggu sebelum panen dilakukan (Sudarmo, 1991). Masih ada 34%
petani yang menggunakan pestisida tidak sesuai dosis. Penyemprotan pestisida
akan lebih intensif dilakukan jika hama dan penyakit tanaman lebih banyak,
bahkan petani juga meningkatkan dosis pemakaian 2-3 kali dari takaran awal.
Terdapat pula
penelitian Ameriana (2006) yang berjudul ‘Perilaku Petani Sayuran dalam
Menggunakan Pestisida Kimia’. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji perilaku petani tomat dalam menggunakan
pestisida kimia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa perilaku petani tomat dalam menggunakan pestisida
kimia dipengaruhi oleh (1) persepsi petani terhadap risiko, semakin tinggi
persepsi petani terhadap risiko maka semakin tinggi kuantitas pestisida kimia
yang digunakan, (2) persepsi petani tentang ketahanan kultivar tomat terhadap
OPT, semakin rendah ketahanan suatu kultivar semakin tinggi kuantitas pestisida
kimia yang digunakan, serta (3) pengetahuan petani tentang bahaya pestisida,
semakin rendah pengetahuan petani semakin tinggi kuantitas pestisida yang
digunakan.
Hal tersebut menunjukkan
bahwa perilaku petani dalam penggunaan pestisida dapat mempengaruhi dosis dan
frekuensi penggunaan pestisida. Dengan tingginya dosis dan frekuensi penggunaan
pestisida, maka limbah yang dihasilkan juga sangat tinggi, limbah tersebut akan
mengalir melalui sistem irigasi atau aliran air hujan menuju sungai atau danau,
sehingga pencemaran yang terjadi akan semakin tinggi.
2
Pengaruh Jarak Area Pertanian Dengan Perairan
Pengaruh jarak yang dimaksudkan diatas adalah
pencemaran akan lebih tinggi jika jarak area pertanian dengan perairan lebih
dekat. Pada penelitian yang dilakukan di Bijapur, India, oleh Pujeri dkk (2010)
yang berjudul ‘The Status Of Pesticide Pollution In Surface Water (Lakes) Of
Bijapur’ menyatakan bahwa aktifitas pertanian merupakan sumber utama dari
pencemaran air danau oleh pestisida. Tingkat residu pestisida pada titik sampel
yang berada di area pertanian lebih tinggi daripada tingkat residu pestisida
pada titik sampel lainnya.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui
gambaran status pencemaran pestisida di danau Bijapur, India. Peneliti tersebut
mengambil 7 sampel di 7 titik yang berbeda di danau. Setelah di uji
laboratorium, sampel 2 memiliki tingkat residu tertinggi. Tingginya tingkat
residu pada sampel 2 dikarenakan sampel 2 merupakan titik sampel yang letaknya
paling dekat dengan area pertanian.
Hal tersebut dikarenakan pestisida yang masuk ke
dalam air akan lebih banyak jika berada di dekat area pertanian dan residu
pestisida tersebut belum terurai dengan baik atau belum mengalami pengenceran.
Namun jika jarak perairan lebih jauh dengan area pertanian, residu akan terurai
atau terjadi pengenceran, sehingga konsentrasi residu pestisida lebih kecil
bila dibandingkan dengan titik yang lebih dekat dengan area pertanian.
Dengan semua keterangan di atas dapat disimpulkan
bahwa, aktifitas pertanian sangat berpengaruh terhadap besarnya pencemaran air
oleh pestisida. Kurangnya pengetahuan petani mengakibatkan perilaku penggunaan
pestisida tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perilaku penggunaan
pestisida yang tidak benar akan menambah tingkat pencemaran, karena petani
menggunakan dosis yang lebih besar dari takarannya, dan melakukan penyemprotan
lebih banyak dari pada aturannya. Dengan semakin tingginya jumlah pestisida yang
disemprotkan, maka residu yang terbawa menuju perairan akan semakin tinggi
pula. Karena dari pestisida yang disemprotkan, sebagian atau bahkan keseluruhan
akan luruh terbawa air hujan menuju perairan terdekat. Dan jarak area pertanian
juga dapat menentukan tingginya tingkat pencemaran pestisida.
Daftar Pustaka
Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan
Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabai Di Desa Candi Kecamatan Bandungan
Kabupaten Semarang. [serial online]. http://eprints.undip.ac.id/16195/1/AFRIYANTO.pdf
Ameriana. 2006. [serial online]. Perilaku Petani Sayuran
dalam Menggunakan Pestisida Kimia. http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/4863/4541
. 19 Januari 2013
Diana
Sofia. 2011. Pengaruh Pestisida Dalam Lingkungan Pertanian. [serial online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1106/1/fp-diana.pdf
Wahyuni, S. 2010. Perilaku Petani Bawang Merah Dalam
Penggunaan Dan Penanganan Pestisida Serta Dampaknya Terhadap Lingkungan (Studi
Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes). Tesis. Semarang: Program Magister Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro.
0 komentar:
Posting Komentar