Rabu, 15 Mei 2013

ANALISIS PENGARUH AKTIFITAS PERTANIAN TERHADAP PENCEMARAN AIR OLEH PESTISIDA



Usaha meningkatkan produksi pertanian, baik kuantitatif maupun kualitatif, telah didukung dengan penggunaan pestisida. Walaupun konsep pest management atau integrated pest control‖ dilakukan, yaitu pestisida hendaknya digunakan sesedikit mungkin dan apabila diperlukan saja, namun pada umumnya usaha proteksi tanaman seringkali dilakukan dengan semata-mata mempertimbangkan bahwa hama dan penyakit tanaman harus dapat diberantas dengan mudah dan cepat, sekalipun keadaan ini hanya dicapai untuk sementara. Oleh karena itu pemberantasan hama dan penyakit tanaman hampir senantiasa diartikan penggunaan pestisida, sehingga bermacam-macam pestisida banyak digunakan yang juga menimbulkan berbagai dampak negatif (Sastroutomo, 1992).
Penggunaan pestisida untuk memberantas hama ternyata menimbulkan berbagai masalah lingkungan, antara lain terjadinya pencemaran lingkungan perairan. Permasalahan tersebut berkaitan erat dengan sifat pestisida yang beracun dan dapat mempengaruhi seluruh kelompok taksonomi biota, termasuk biota bukan sasaran (non target). Selain itu pada umumnya pestisida memiliki daya tahan yang relative lama untuk didegradasi di lingkungan, sehingga dapat mempengaruhi ekosistim dalam jangka panjang (Yudha, 1999).
Pestisida yang digunakan pada lahan pertanian sawah, sebagian atau bahkan seluruhnya akan jatuh dan masuk ke dalam air sehingga mencemari perairan. Hasil penelitian Ekaputri (2001) membuktikan bahwa perairan Sungai Ciliwung – Jawa Barat yang mengalir melewati daerah Bogor, Depok dan Jakarta mengandung residu insektisida endosulfan dengan konsentrasi berkisar antara 0,7 – 4,0 μg/L. Sedangkan Taufik et al. (2003) melaporkan bahwa perairan tambak serta saluran irigasi di Kabupaten Brebes – Jawa Tengah telah tercemar oleh insektisida endosulfan yang berasal dari limbah pertanian dan perkebunan dengan
konsentrasi secara berturut-turut sebesar 2,7 dan 3,2 μg/L.
Kegiatan pertanian telah terbukti dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, khususnya pencemaran air. Pencemaran tersebut terkait dengan pemakaian pestisida. Beberapa faktor dari kegiatan pertanian yang dapat menyebabkan pencemaran adalah perilaku penggunaan pestisida, dan jarak area pertanian dengan perairan.
1    Pengaruh Frekuensi dan Dosis Penggunaan Pestisida
Berdasarkan hasil penelitian Sri Wahyuni (2010) “Perilaku Petani Bawang Merah Dalam Penggunaan dan Penanganan Pestisida Serta Dampaknya Terhadap Lingkungan’ menyebutkan bahwa penyemprotan pestisida yang dilakukan oleh petani bawang tergantung pada banyaknya hama atau penyakit yang sedang menyerang, karena keberadaannya sekarang ini sudah tidak dapat diprediksi lagi kapan dan berapa banyak jumlahnya. Sebagian besar petani juga menganggap bahwa penggunaan pestisida itu lebih efektif, lebih praktis, dan mendatangkan keuntungan ekonomi. Kondisi ini mengakibatkan petani melakukan self innovation dalam memperoleh formulasi pestisida yang tepat untuk membasmi hama dan penyakit pada tanaman.
Selain itu, menurut penelitian tersebut petani bawang melakukan penyemprotan pestisida dengan frekuensi lebih dari 2 kali dalam seminggu bahkan setiap hari karena takut terjadi kerusakan yang bisa menyebabkan kerugian. Padahal penyemprotan pestisida seharusnya dihentikan paling tidak satu minggu sebelum panen dilakukan (Sudarmo, 1991). Masih ada 34% petani yang menggunakan pestisida tidak sesuai dosis. Penyemprotan pestisida akan lebih intensif dilakukan jika hama dan penyakit tanaman lebih banyak, bahkan petani juga meningkatkan dosis pemakaian 2-3 kali dari takaran awal.
Terdapat pula penelitian Ameriana (2006) yang berjudul ‘Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia’. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengkaji perilaku petani tomat dalam menggunakan pestisida kimia serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa perilaku petani tomat dalam menggunakan pestisida kimia dipengaruhi oleh (1) persepsi petani terhadap risiko, semakin tinggi persepsi petani terhadap risiko maka semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang digunakan, (2) persepsi petani tentang ketahanan kultivar tomat terhadap OPT, semakin rendah ketahanan suatu kultivar semakin tinggi kuantitas pestisida kimia yang digunakan, serta (3) pengetahuan petani tentang bahaya pestisida, semakin rendah pengetahuan petani semakin tinggi kuantitas pestisida yang digunakan.
Hal tersebut menunjukkan bahwa perilaku petani dalam penggunaan pestisida dapat mempengaruhi dosis dan frekuensi penggunaan pestisida. Dengan tingginya dosis dan frekuensi penggunaan pestisida, maka limbah yang dihasilkan juga sangat tinggi, limbah tersebut akan mengalir melalui sistem irigasi atau aliran air hujan menuju sungai atau danau, sehingga pencemaran yang terjadi akan semakin tinggi.
2    Pengaruh Jarak Area Pertanian Dengan Perairan
Pengaruh jarak yang dimaksudkan diatas adalah pencemaran akan lebih tinggi jika jarak area pertanian dengan perairan lebih dekat. Pada penelitian yang dilakukan di Bijapur, India, oleh Pujeri dkk (2010) yang berjudul ‘The Status Of Pesticide Pollution In Surface Water (Lakes) Of Bijapur’ menyatakan bahwa aktifitas pertanian merupakan sumber utama dari pencemaran air danau oleh pestisida. Tingkat residu pestisida pada titik sampel yang berada di area pertanian lebih tinggi daripada tingkat residu pestisida pada titik sampel lainnya.
Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui gambaran status pencemaran pestisida di danau Bijapur, India. Peneliti tersebut mengambil 7 sampel di 7 titik yang berbeda di danau. Setelah di uji laboratorium, sampel 2 memiliki tingkat residu tertinggi. Tingginya tingkat residu pada sampel 2 dikarenakan sampel 2 merupakan titik sampel yang letaknya paling dekat dengan area pertanian.
Hal tersebut dikarenakan pestisida yang masuk ke dalam air akan lebih banyak jika berada di dekat area pertanian dan residu pestisida tersebut belum terurai dengan baik atau belum mengalami pengenceran. Namun jika jarak perairan lebih jauh dengan area pertanian, residu akan terurai atau terjadi pengenceran, sehingga konsentrasi residu pestisida lebih kecil bila dibandingkan dengan titik yang lebih dekat dengan area pertanian.
Dengan semua keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa, aktifitas pertanian sangat berpengaruh terhadap besarnya pencemaran air oleh pestisida. Kurangnya pengetahuan petani mengakibatkan perilaku penggunaan pestisida tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perilaku penggunaan pestisida yang tidak benar akan menambah tingkat pencemaran, karena petani menggunakan dosis yang lebih besar dari takarannya, dan melakukan penyemprotan lebih banyak dari pada aturannya. Dengan semakin tingginya jumlah pestisida yang disemprotkan, maka residu yang terbawa menuju perairan akan semakin tinggi pula. Karena dari pestisida yang disemprotkan, sebagian atau bahkan keseluruhan akan luruh terbawa air hujan menuju perairan terdekat. Dan jarak area pertanian juga dapat menentukan tingginya tingkat pencemaran pestisida.

Daftar Pustaka

Afriyanto. 2008. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabai Di Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. [serial online]. http://eprints.undip.ac.id/16195/1/AFRIYANTO.pdf
Ameriana. 2006. [serial online]. Perilaku Petani Sayuran dalam Menggunakan Pestisida Kimia. http://digilib.litbang.deptan.go.id/repository/index.php/repository/download/4863/4541 . 19 Januari 2013

Diana Sofia. 2011. Pengaruh Pestisida Dalam Lingkungan Pertanian. [serial online]. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1106/1/fp-diana.pdf 

Wahyuni, S. 2010. Perilaku Petani Bawang Merah Dalam Penggunaan Dan Penanganan Pestisida Serta Dampaknya Terhadap Lingkungan (Studi Kasus di Desa Kemukten, Kecamatan Kersana, Kabupaten Brebes). Tesis. Semarang: Program Magister Ilmu Lingkungan Universitas Diponegoro. 

0 komentar:

Posting Komentar